Mahar : Rp.6.555.000,-
- Kode Pusaka : JST-35
- Jenis Pusaka : Keris Luk 5
- Dhapur : Pandhawa Cinarita
- Pamor : Wengkon Isen
- Tangguh : Mataram Senopaten Abad XV
- Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 499/MP.TMII/VIII/2017
- Asal-usul Pusaka : Desa di wilayah Klaten
- Keterangan Lain : Warangan Baru, Gonjo Wilut Asli, Pesi Utuh
- Wuku : Landep, Kurantil, Tolu, Warigalit, Julungwangi, Sungsang, Kuningan, Mandasiyo, Julungpudju
PANDHAWA CINARITA,
kadang disebut Pendawa Carita, adalah salah satu bentuk dhapur keris luk lima. Bilahnya ada yang nglimpa, ada yang nggigir sapi; memakai ada-ada. Keris ini memakai kembang kacang; jenggot, jalen, lambe gajah-nya dua, tikel alis, sogokan rangkap, sraweyan dan greneng. Keris dhapur Pandawa Cinarita tergolong populer walaupun sekarang jarang dijumpai.
Seperti halnya sempana bungkem luk tujuh, keris Pendawa Cinarita luk lima juga dipercaya mempunyai tuah untuk membungkam lawan bicara (lancar berkomunikasi) dan disenangi orang-orang sekitarnya dalam pergaulan (luwes bergaul) hingga banyak diburu orang-orang perkotaan yang mempunyai profesi sebagai artis, sales, MC, pengacara, notaris, jaksa dan lain-lain yang dalam kegiatan/profesinya berhubungan langsung dengan orang banyak. Pun baik sebagai ageman untuk yang belum mempunyai pasangan hidup agar lekas mendapat belahan jiwanya melalui pesona tutur katanya.
Inspirasi bisa datang dari manapun. Bisa dari siapa dan apa saja, tak terbatas seperti halnya keris Pendawa Cinarita. Pendawa bisa diartikan sebagai pandalaman wawasan dan cinarita adalah karakter heroik dari lima bersaudara. Rasanya, nyaris setiap orang mengetahui kisah pendawa lima. Pendawa lima adalah penggambaran manusia. Penggambaran bagaimana kematangan seseorang dalam bersikap. Namun sebenarnya manusia, melewati fase lima tingkat ini, dimulai dari yang terkecil.
Sebagai pemimpin yang baik tidak pernah menonjolkan diri, tetapi akan berada di garda terdepan jika dibutuhkan serta, ada saatnya keras dan ada saatnya lemah (pandai menyesuikan kondisi) , nglurug tanpa bala menang tanpa ngasorake (yakin dengan kempuan diri sendiri dan tidak sombong setelah mencapai kesuksesan) , serta dapat melahirkan generasi penerus (estafet kepemimpinan).
Itulah sanepan/perumpaan lokasi Pandawa Lima di tubuh anak Adam. Kemudian dimanakah sanepan atau perumpamaan untuk Kurawa di tubuh manusia? Manusia itu memiliki dua hati yaitu hati besar dan kecil (hati nurani). Kedua hati itu memiliki kecenderungan yang sangat bertolak belakang. Hati besar senantiasa dipenuhi dengan sifat buruk, iri, dengki, ambisi, nafsu berbuat kejahatan dan lain sebagainya. Sementara hati nurani cenderung mengajak untuk berbuat kebajikan, suka perdamaian, manembah pada GUSTI ALLAH dan menolong sesama. Sanepan/perumpamaan dan filosofi seratus sosok Kurawa itu ternyata berlokasi di hati besar manusia. Setiap hari dalam kehidupan sehari-hari di tubuh manusia, hati besar dan hati kecil (nurani) senantiasa berperang. Hati besar (yang dikuasai 100 sosok Kurawa yang penuh hawa nafsu itu) berperang melawan hati nurani (yang hanya terdapat Arjuna saja). Pertanyaannya, Bagaimana seorang Arjuna dapat mengalahkan 100 sosok Kurawa? Hal itulah yang membuat manusia cenderung untuk lebih mendengarkan hati besarnya daripada hati kecil (nuraninya). Namun satu hal yang perlu dicatat, meskipun hanya seorang diri dimana Arjuna harus melawan 100 sosok Kurawa, namun Arjuna bisa meraih kemenangan. Caranya, semuanya tergantung manusia itu sendiri untuk lebih mendengarkan suara Arjuna di hati kecil (nurani) dan mengabaikan suara hati besar.
Semua foto terlampir adalah foto tanpa editan atau aplikasi, wilah sudah dikeringkan dari minyak, dan kondisi matahari pagi sehingga dapat terlihat detail besi dan pamornya.
Dimaharkan untuk yang merasa perlu dan cocok.
Rock, JST
0838-0808-3888
note: kondisi keris setelah diberi minyak akan menjadi lebih hitam.